Jl. Ketintang Baru Selatan I No.1, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
(031) 820-10000
rsmmjatim
RSMM Prop.Jatim

Skrining Glaukoma,
Cara Efektif Mengalahkan Si Pencuri Penglihatan
Ditulis Oleh dr. Aquirina Caesari Putri, Sp.M
Editor : Aisyah Wahyu Novanda, S.KM. - Maret 2023

Glaukoma adalah penyebab terbanyak kebutaan permanen secara global. Kerusakan yang diakibatkan bersifat progresif dan ireversibel. Diperkirakan sekitar 80 juta orang di dunia terkena glaukoma dan angka ini memiliki kecenderungan terus meningkat. Sekitar 50% penderita glaukoma tidak merasakan keluhan apapun sehingga seringkali tidak tahu mengenai penyakitnya. Kemudian, sedikit demi sedikit penderita glaukoma akan mengalami penurunan penglihatan, yang kadang terabaikan. Oleh karenanya label “Si Pencuri Penglihatan” adalah julukan yang sesuai untuk glaukoma.

Pengertian glaukoma adalah sekelompok kondisi mata yang menyebabkan kerusakan permanen pada saraf mata serta penyempitan lapang pandangan dan sering disertai peningkatan tekanan bola mata. Terdapat bermacam-macam tipe glaukoma, baik berdasarkan waktu terjadinya, penyebab terjadinya maupun berdasarkan lama gejalanya.

Sebagai penyebab kebutaan yang permanen, strategi utama untuk “mengalahkan” glaukoma adalah dengan mengetahui sedini mungkin terjadinya glaukoma. Skrining kesehatan mata secara berkala menjadi senjata para dokter mata dan tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran masyarakat akan bahaya glaukoma. Skrining glaukoma dapat dilakukan sewaktu-waktu dan sebaiknya dilakukan secara berkala, terutama pada mereka yang memiliki faktor risiko.

Rekomendasi Pemeriksaan yang Disarankan berdasarkan Usia:

  • - Usia 40 tahun ke bawah (setiap 2 sampai 5 tahun)
  • - Usia 40 hingga 54 tahun (setiap 1 hingga 3 tahun)
  • - Usia 55 hingga 64 tahun (setiap 1 hingga 2 tahun)
  • - Usia lebih dari 64 tahun (setiap 6 hingga 12 bulan)

Pada dasarnya usia akan meningkatkan risiko glaukoma sehingga frekuensi pemeriksaan perlu lebih sering.

Sampai saat ini tekanan bola mata masih menjadi satu-satunya faktor yang dapat dimodifikasi pada kondisi glaukoma. Dari beberapa literatur, diketahui kisaran tekanan bola mata (dikenal juga sebagai tekanan intra okuli) adalah 10 – 21 mmHg. Pengukuran tekanan bola mata ini merupakan salah satu pemeriksaan yang wajib dilakukan pada skrining glaukoma. Pemeriksaan rutin lainnya berupa tajam penglihatan, evaluasi kondisi bola mata bagian depan hingga saraf mata. Pada kasus dengan kecurigaan tinggi terjadi glaukoma, dapat diperlukan foto saraf mata.

Beberapa fakta seputar glaukoma antara lain:

  • - Glaukoma tidak menular, tetapi dapat bersifat genetik atau keturunan. Sehingga orang dengan riwayat keluarga glaukoma sebaiknya memeriksakan diri secara berkala.
  • - Skrining tidak dapat mencegah glaukoma, tetapi mencegah penurunan penglihatan yang progresif akibat glaukoma.

Beberapa faktor risiko lain yang telah diketahui berhubungan dengan kejadian glaukoma antara lain:

  • - Usia. Peningkatan usia erat kaitannya dengan degenerasi sistem tubuh manusia.
  • - Adanya kelainan refraksi seperti rabun jauh (myopia) dan rabun dekat (hipermetropia), terutama dengan ukuran ekstrem
  • - Penyakit sistemik, seperti Diabetes Mellitus dan Hipertensi
  • - Kornea yang memiliki ketebalan yang kurang atau cenderung tipis
  • - Tekanan bola mata yang tinggi
  • - Trauma pada mata dapat menyebabkan tipe glaukoma sekunder
  • - Beberapa jenis obat, khususnya golongan kortikosteroid baik dalam sediaan obat minum, obat tetes mata, obat oles maupun obat hirup (inhaler), yang digunakan jangka panjang
  • - Konsumsi jamu atau produk herbal yang tidak diketahui kandungan isinya, hindari jamu dan produk herbal yang tidak berlabel.

artikel ini pernah dipublis di https://portaljtv.com/baca/skrining-glaukoma-cara-efektif-mengalahkan-si-pencuri-penglihatan